FREE EBOOK

Selasa, 05 Juli 2011

kenari jawara

Racikan EF pengantar kenari jawara lomba KMYK itu namanya BirdFood…

Apapun burungnya... yang penting EFnya hehehe... JUARA I LOMBA KMYK CUP 2010
Sabtu 18 September 2010. Burung kenari –tanpa nama — punya Om Erik itu saya bawa begitu saja ketika saya mau berangkat ke Jogja. Saya memang sudah meniatkan untuk menurunkan burung kenari di arena lomba yang digelar KicauMania.Org Regional Yogya (KMYK) pada Minggu 19 September 2010.
Tidak ada persiapan khusus untuk kenari F! berdarah YS warna bon hijau itu. Yang saya tahu, selama ini burung tersebut memang sudah dimaster sebagaimana mestinya. Dirawat sebagaimana mestinya dan punya performa bagus. Itu saja.
Cuma memang, selama empat hari sebelum lomba dan sampai hari datangnya lomba, burung itu diberi ekstra fooding racikan khusus. Dan sore hari sebelum berangkat saya bawa ke Jogja, burung sudah diberi bijian khusus dalam jumlah tertentu dengan cara pemberian tertentu pula.
Selepas Isya’ saya berangkat ke Jogja dengan sebelumnya nyamperin cucak jenggot punya Mas Man, Klewer Kartasura, yang juga mau saya turunkan di arena lomba. Sesampai Jogja saya langsung menuju Taman Kuliner Condong Catur, Sleman, arena yang digunakan untuk Lomba KMYK. Di sana masih banyak teman KM Yogya yang masih sibuk dengan persiapan akhir lomba.
Kenari dan cucak jenggot saya turunkan dari mobil, saya cek sehat semua, langsung saja saya titipkan Mas Mufid, di outlet pakan burung milik Om Iwan, di Taman Kuliner itu.Di tempat itu, sempat asyik ngobrol-ngobrol dengan teman-teman sampai larut malam.
Bersama Om Tony Alamsyah si Bocah Nakal, eh… si Bajak Laut, dan Om Dwi Lovebird saya menuju ke “hotel” Griya Taman Asri, alias rumah Om Dwi. Kenari dan cucak jenggot saya tinggal di outlet Mas Iwan.
Karena berangkat tidur selepas subuh (saat itu Om Tony dan Om Dwi sudah tidur duluan setelah beberapa saat melanjutkan obrolan), saya bangun kesiangan. Dan itupun setelah “digobyak-gobyak” Om Tony untuk segera meluncur ke Taman Kuliner.
Sesampai di Taman Kuliner, saya tengok kenari dan cucak jenggot. Saya cek pakannya, eh semua bijian khusus yang saya berikan sudah bablas dimakan tak bersisa, sementara pakan racikan khusus masih ada sekitar seperempat wadah pakan ukuran kecil. Sedangkan telur puyuh sudah coklat dan saya buang sementara buah apel sudah layu (sampai-sampai Om Irvan Sadewa bilang, “wah apelnya kok sudah kering sih Om”, yang saya jawab sambil tersenyum, “Hehehe, nggak penting Om. Yang penting kan itu tuh pakan yang di wadah…”)
Setelah kandang saya bersihkan, kenari saya buka tanpa saya kerodong sama sekali sampai burung itu digantangkan pada siang hari. Bahkan kenari itu juga tidak saya gantungkan alias tetap berada di halaman outlet Masa Iwan. Tentu saja dia terus bernyanyi tak henti-henti.
Hal itu tentu membuat risih orang-orang yang paham persiapan burung untuk lomba. Om Irvan Sadewa pun tidak tahan untuk mengingatkan saya, “Om kok nggak digantung, juga nggak dikerodong sih.” Saya hanya menjawab dengan tersenyum.
Saya memang punya perhitungan sendiri untuk menyiapkan kenari itu. Simpel saja sebenarnya, yakni karena saya berencana hanya menurunkan sekali saja kenari itu di kelas utama (Kelas Opor Ayam). Artinya, sebelum menurunkannya, saya harus menguras dulu sebagian tenaga kenari. Jika tidak demikian, maka kenari akan terlalu powerfull karena pemberian EF racikan khusus “melebihi takaran”. Saya khawatir burung malah nabrak-nabrak sangkar ketika tanding.
Bahkan strategi itu masih saya barengi dengan pemilihan nomer gantangan. Saya memang sengaja terlambat untuk mendapatkan tiket dengan harapan dapat nomer gantang di pinggir. Yah benar saja, si burung dapat nomer 20, yakni di pojok timur-selatan.
Mengapa saya memilih pinggir? Alasannya simpel, saya ingin kenari fokus menghadap ke arah tengah lapangan dan ini hanya bisa dilakukan kalau “tidak ada gangguan musuh” di sebelah kanan, kiri dan belakangnya (arah ini adalah arah penonton).
Semua perhitungan saya cuma berdasar feeling saja melihat karakter kenari dan suasana lapangan. Ketika saya berniat membawa kenari itu ke Lomba KMYK, juga karena feeling saja bahwa burung itu sedang dalam top performa karena rawatan harian sudah dilakukan sebagaimana mestinya. Demikian juga dalam perawatan menjelang lomba, sudah disediakan racikan khusus sebagaimana mestinya.
Lha bagaimana kalau tidak mengandalkan feeling? Apa mau mengandalkan pengalaman? Ya tentunya omong kosonglah, sebab sudah hampir sekitar 4 tahun terakhir saya tidak lagi ikut lomba kecuali hanya datang untuk bertemu dengan teman-teman penghobi burung. Artinya dari sisi pengalaman empiris merawat burung lomba, hehehe, sudah tidak punya lagi. Habis terkikis jaman kali ya…
Tetapi ya itu, ternyata… si kenari dapat koncer A full dari semua Juri alias Juara I dengan kemenangan mutlak. Nah akhirnya… strategi saya kali ini terbukti manjur.
Sambil memberi ucapan selamat, beberapa teman, termasuk Om Tony dan Om Irvan, membujuk saya untuk mendaftarkan lagi kenari itu di kelas Pecel Lele (kelas kedua sore hari). Saya menolak karena kalau diturunkan lagi, saya pastikan kenari itu sudah tidak akan sengotot saat tanding di kelas pertama. Sebab, tenaganya sudah terkuras bukan hanya pada saat tanding pertama, tetapi beberapa saat sebelum tanding karena memang sudah “saya gembosi”.
Karena ada guruan bernada desakan, akhirnya saya minta teman Mas Mufid untuk mendaftarkan kenari sekaligus menggantangkannya. Celakanya, karena saya memang sudah tidak berniat menurunkan lagi kenari itu, sampai-sampai lupa memasukkan wadah pakan, air dan EF yang saya lepasi sebelum tanding pertama sampai sekitar 2 jam setelah tanding. Perawatan ala kadarnya selanjutnya dilakukan teman Mas Mufid.
Ya feeling saya terbukti lagi. Kenari itu tidak mau lagi ngotot dan hanya dapat Juara III. Uhhhuuu…. Ya alhamdulillah-lah ya hehehe….
Eh sampai lupa… karena kenari itu saya bawa tanpa nama paten sebelumnya, jadilah saya daftarkan ke panitia rekap piagam dengan nama “Om Kicau” dan pemiliknya adalah “Omkicau.com” hehehe. Padahal, kenari itu sudah punya nama sendiri selama ini dan itu juga bukan kenari saya tetapi memang kenari itulah yang saya jadikan sebagai salah satu pilot project produk-produk Om Kicau.
Begitu sobat sedikit cerita tentang penggunaan racikan khusus dan biji khusus untuk kenari. Racikan khusus itulah yang selama ini saya branding dengan nama BirdFood, sedangkan biji khusus itulah yang selama ini disebut hemp seed alias biji rami alias fumayin. Soal cara pemberian fumayin, kapan-kapan kita bahas lagi ya…
Sedangkan soal cucak jenggot, walah… burung ini “no walk” alias tidak jalan hahahaha… Tetapi saya memakluminya, sebab burung ini terlihat stress karena ketika saya coba mandi karamba, meski sudah saya pancing dengan sedikit semprotan air, tetap tidak mau. Lebih parahnya lagi, dia tidak saya beri kroto sebelum tanding sebagaimana pesan pemiliknya karena kroto bawaan dari Solo saya buang karena sudah dirubung semut sesampai di Jogja. Sedangkan pagi harinya, tidak ada kroto bisa saya temukan di Taman Kuliner.
Jadi meski burung cucak jenggot itu punya kualitas bagus, tapi tanpa perawatan sebagaimana mestinya tidak juga bisa nampil. Ya bagaimana tidak berkualitas bagus karena cucak jenggot itulah yang nagkring sebagai Juara V di kelas cucak jenggot pada Piala Raja 2010 lalu.
Nah, sampai saat ini saya belum bisa bercerita banyak tentang Lomba KMYK kecuali bahwa lomba sudah berjalan mulus sebagaimana diharapkan, meski banyak gantangan kosong karena kebetulan pada hari yang sama ada lomba burung di Prambanan.
Bahkan saya belum tahu persis jumlah pesertanya karena semua catatan dan hasil rekapan juara yang semula sudah saya pegang diminta lagi oleh panitia untuk dijadikan arsip karena panitia saat itu belum sempat menggandakan kecuali untuk sejumlah wartawan media massa.
Tetapi yang lebih menyedihkan adalah saya tidak bisa mengabadikan dengan kamera (HP mangsudnya, hehehe) acara itu karena HP kena virus yang mengubah ekstensi foto yang karenanya tidak bisa didownload.
Ya, selamat dan sukses untuk KMYK. Selamat untuk para kicaumania yang sempat hadir meramaikan lomba.

Tidak ada komentar: